Senin, 21 Agustus 2017

Banda


Pulau Gunung Api Banda (macinung 2016)


Poster film "Banda The Dark Forgotten Trail" mengingatkan perjalanan istimewa menyambangi Kepulauan Banda di Maluku. Waktu itu saya dalam perjalanan kerja menumpang KRI Surabaya 591, berangkat dari Ambon, Banda dan nantinya berakhir di Tual, Maluku Tenggara.

Baru kali itu saya merapat ke pulau yang sebelumnya hanya bisa dibayangkan melalui buku pelajaran geografi SD dan kisah sejarah masa kolonial. Banda erat dengan komoditas tanaman cengkeh dan menjadi pusat pertarungan Belanda dan Inggris. Masih di gugusan kepulauan Banda, terdapat Pulau Run penghasil rempah pala.

Khusus untuk Pulau Gunung Api Banda, tak hanya elok, tetapi juga begitu kekar dan agung. Gunung ini masih aktif, magma di perutnya terus menggelegak dan mendorong material vulkanik turun dari puncak merayapi punggung gunung untuk kemudian "ditenangkan" oleh sejuknya laut Banda nan teduh.

Saya sungguh bersyukur, apalagi sempat mampir ke rumah (pembuangan) Bung Hatta di Banda Naira dan melanjutkan perjalanan ke tenggara: Tual dan Kei.

Di kedua kota pantai itu, tentu tak melewatkan untuk mencicipi ikan laut bakar dan lari pagi esok harinya.
Siang hingga sore, bersama kawan lantas menggelar ritual yang sungguh saya idamkan: ngopi beralas pasir paling lembut sedunia, sehalus terigu, di Pantai Pasir Panjang yang oleh warga setempat dinamai 'Ngurbloat'.

Pantai ini juga menjadi bagian dari gelaran Bali-Kei Archipelago Festival 2017, bulan Oktober mendatang.

Salam #wonderfulIndonesia #MNCTravel :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Value Investing, Belajar dari Om Teguh

Beli bukunya om Teguh Hidayat, Value Investing, Agustus 2018 lalu, saya menjadikannya sebagai salah satu buku yang saya baca lagi, baca l...